Sebenarnya apa makna bahasa? Untuk menjawabnya coba dengarkan orang berbicara. Apa yang terdengar? Kalimat, kata, dan banyak hal lain yang dapat disebut sebagai bahasa. Tetapi, sebenarnya, kalimat yang diujarkan itu merupakan susunan bunyi yang teratur (red-bunyi bahasa). Jadi bisa dimengerti satu sama lain sebagai alat komunikasi dan sengaja diatur hingga punya makna bahasa yang teratur.
Hal di atas menyimpulkan kalau bahasa itu adalah:
(1) Kumpulan bunyi yang teratur dan bermakna;
(2) digunakan untuk mengungkapkan pikiran.
Dengan demikian makna bahasa adalah sekumpulan bunyi yang diujarkan secara teratur dan bermakna demi menyampaikan gagasan pikiran. Pada hakikatnya, bahasa ialah bunyi ujar atau lisan. Hal ini dijelaskan dengan menggunakan fakta sejarah bahwa orang atau masyarakat sejak dahulu telah dapat melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa yang disepakati secara lisan. Bisa dibilang bahasa itu akan bermakna kalau disepakati penggunaannya oleh satu kelompok masyarakat, dan bisa digunakan sebagai alat komunikasi. Kemudian setelah itu muncullah bahasa tulis. Selain itu, bahasa memiliki sistem, karena bahasa yang diujarkan disusun berdasar ketentuan dari kelompok pengguna bahasa itu sendiri.
Makna bahasa dan Sistem Teratur
Sistem tersebut membuat makna bahasa yang artinya bunyi-bunyi ujar itu disusun dengan sistem tertentu dan kesepakatan pengguna agar dimengerti satu sama lain. Karena itu, bahasa akan bermakna karena penggunaan sistem secara benar. Selain itu, bahasa juga memiliki fungsi yang dapat menjelaskan bahwa makna bahasa ialah alat. Hakikat bahasa itu mengandung sifat-sifat bahasa itu sendiri. Bahasa ialah bunyi, sedangkan bunyi memiliki irama, dinamika, dan tempo yang merupakan bagian unsur dari seni. Sehingga bahasa memiliki sifat seni atau keindahan. Seperti ujaran yang dihasilkan oleh kalimat-kalimat dalam puisi.
Bunyi yang diujarkan oleh pengguna dan dapat berkembang karena digunakan manusia, sehingga bahasa memiliki sifat manusiawi. Chomsky dalam Pateda (1990) berpendapat bahwa anak yang lahir ke dunia telah membawa potensi makna bahasa. Selain itu, ia juga berpendapat bahwa bahasa dapat dilihat dari dua hal, yakni sebagai aktivitas jiwa dan aktivitas otak.
Bersifat Produktif, Maka dalam Linguistik
Karena makna bahasa dapat berkembang, maka bahasa bersifat produktif. Dalam linguistik, produktif berarti mampu menghasilkan terus-menerus dan akan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru. Unsur dalam bahasa contohnya fonem, morfem, afiksasi, dan lain sebagainya. Bahasa dapat berubah sesuai penggunaan dari penuturnya sehingga bahasa bersifat dinamis. Seperti yang terjadi terhadap Bahasa yang telah mengalami beberapa perubahan, yaitu: (1) Ejaan Van Ophuysen; (2) Ejaan Suwandi; (3) EyD. Dan juga beberapa penambahan kosakata baru pada KBBI secara berkala akhir-akhir ini.
Perubahan dalam makna bahasa dapat terjadi pada semua tataran, baik pada fonologi, morfologi, sintaksis maupun semantik. Terutama pada penambahan kosakata yang muncul dari berbagai sumber dengan langkah-langkah pengembangan langkah-langkah pengembangan tertentu. Tentu saja dengan kesepakatan tertentu dari pengguna bahasa yang berkaitan.
Bersifat Variatif, Mengikuti Keinginan Manusia
Karena mengikuti apa yang diinginkan manusia. Menurut Chaer dalam Muliastuti dan Krisnajaya (2007: 1.10) bahwa ada tiga istilah dalam variasi bahasa, yakni: ideoleg, dialeg, dan ragam. Bahasa yang memiliki sistem yang melalui kesepakatan atau konvensi para pengguna bahasa dan membuat bahasa bersifat konvensional.
Sifat konvesional para pengguna bahasa menimbulkan sifat arbitrer pada bahasa, yang berarti mana suka atau sewenang-wenang. Artinya, tidak ada kaitan antara bunyi dengan benda yang diujarkan. Jika ada benda yang memiliki hubungan dengan namanya, itu pun berdasarkan kesepakatan masyarakat pengguna bahasa pula. Misalnya, dalam ilmu Fisika ada hukum achimedes, teori ini ditemukan oleh ahli Fisika bernama Achimedes dan hal itu terjadi, karena kesepakatan manusia untuk memberikan nama itu. Atau juga seperti teori kehidupan yang dijelaskan oleh Darwin, yang juga diberi nama sebagai teori Darwin.
Sumber:
Mulyati, Yeti. dkk. (2018). Modul BMP Bahasa Indonesia MKDU4110. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Bahan Ajar Sastra Indonesia untuk SMA/MA dan se-derajat