Finairakara.com – Hai, hai, ini adalah hari pertama di bulan April 2022 dan detik-detik menuju bulan suci Ramadhan 1443 H. Jujur sangat menantikan kedatangan bulan penuh ampunan setiap tahunnya, karena setiap tahun yang terlewati terasa terus kurang dalam iman. Masih merasa lalai, makanya pengin memperbaiki amalan dan mendidik diri agar menjadi lebih beriman.
Charge iman di bulan suci, sekaligus berusaha memesan kavling di surga. Karena seperti kata Ustadzah Maryam Ali, kalau pas Ramadhan itu harga tiket masuk surga lagi obral besar-besaran sama Allah. Kalau enggak pas Ramadhan, kita enggak akan mampu beli, kecuali orang alim yang ibadahnya kayak Ramadhan terus.
Ramadhan Pertama bersama Suami
Ramadhan 1443 H ini ada yang sangat istimewa karena akhirnya aku telah berstatus menjadi istri seorang lelaki istimewa. Namanya Ilham Sadli, yang nanti akan aku ceritakan bagaimana kisahnya aku bisa membersamai beliau. Hari pertama puasa di tahun ini sebenarnya ada di tanggal 2 April 2022, tetapi tentu saja menunggu hasil sidang isbat melalui keputusan Kementerian Agama esok hari.
Keputusan dari sidang isbat itu sendiri dari dengan dua metode penentuan 1 Ramadhan, yaitu dengan metode ru’yatul hilal dan satunya penghitungan. Sejauh ini di keluargaku selalu menjalani hari pertama puasa setelah adanya ketok palu hasil sidang isbat di Kementerian Agama. Hahaha, maklum sebagai orang awam kan akhirnya hanya bisa mengikuti ijtima’ ulama dan orang yang jauh lebih paham.
Hari Pertama Puasa, Arti Ramadhan
Ketika memasuki bulan Ramadhan sendiri, enggak hanya melulu hanya soal kewajiban umat Islam. Namun, di Indonesia khususnya, Ramadhan atau yang disebut ulan poso bagi orang Jawa itu menjadi penanda mulai ada sebagian aktivitas sosial budaya. Berbagai aktivitas ini misalnya tadarus, nyorog, silaturahmi, ziarah kubur, tarawih, dan sebagainya. Tentu saja ini bermaksud sebagai aktivitas untuk meningkatkan ibadah dan usaha menyemarakkan bulan suci Ramadhan.
Puasa di bulan Ramadhan ini juga merupakan salah satu dari rukun Islam, yaitu ketiga yang artinya harus dilakukan oleh tiap-tiap umat. Enggak hanya ada rukun-rukun puasa, tetapi sebagaimana bergama tentulah ada adab-adab yang harus kita perhatikan.
Adab-Adab Berpuasa
Dalam kitab Risalatul Mu’awanah wal Mudhaharah wal Muwazarah, Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad menjelaskan mengenai adab-adab dalam berpuasa. Mengutip dari NU Online mengenai kitab tersebut, adab-adab orang berpuasa yang kalau dilakukan insyaAllah akan menambah pahala berpuasa di bulan Ramadhan.
# Menyegerakan berbuka ketika matahari sudah terbenam.
Waktu ini biasanya tentu saja kita akan mendengar azan berkumandang dari surau atau masjid terdekat. Apabila tidak, saat ini banyak sekali aplikasi azan yang aman memakainya bahkan ada pula aplikasi berisi jadwal sholat, al-Qur’an, dan sebagainya yang bisa kamu gunakan: misalnya Umma, dsb. Menyegerakan berbuka di awal masuk waktu Maghrib ini adalah sunnah, maka itu sebaiknya tidak menunda-nunda berbuka puasa kalau sudah masuk waktu berbuka.
# Mengakhirkan waktu sahur
Nah, ini sebenarnya sering aku lakukan bukan hanya karena sunnah, tetapi memang sebuah kebiasaan di rumah kalau makan selalu menunggu orang-orang di rumah selesai makan lebih dulu. Entah sejak kapan aku melakukannya, kebiasaan itu berlangsung hingga sekarang setelah aku menikah. Ternyata, makan sahur saat mendekati waktu imsak adalah sunnah.
Namun, pastikan untuk menyesuaikan dengan waktu makan masing-masing ya cukup berapa menit, misalnya 15 menit atau 25 menit. Pokoknya mengondisikan dengan cukup saja, selama itu enggak membuat terburu-buru makan sahur karena terlalu mepet waktu azan Subuh atau imsak. Karena sahur terlalu dini juga sebaiknya jangan.
# Menyiapkan makanan untuk orang lain yang berpuasa
Meski hanya beberapa butir kurma dan air putih, ini adalah kebiasaan yang baik. Karena Allah akan memberikan balasan berupa pahala setara dengan orang yang berpuasa. Itu berarti, kita mendapatkan pahala dobel, pahala puasa diri sendiri juga pahala berpuasa dari orang yang kita siapkan makanannya itu.
# Makanlah makanan yang halal tanpa mengutamakan segala yang lezat sesuai selera
Makanan halal ini bukan hanya dilihat dari jenis makanan itu, tetapi juga dari cara mendapatkannya dan substansi barang itu. Selama ada yang bisa dimakan dan itu berstatus halal, maka sebaiknya berusaha bersikap qanaah atau merasa cukup dengan itu. Bersyukur dengan makanan halal yang sudah ada, intinya enggak usah cari yang enggak ada.
# Makanlah yang cukup
Seperti sabda Rasulullah sholallahu alaihi wasallam bahwa makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Orang berpuasa pasti lapar, keadaan lapar itu juga yang memunculkan hawa nafsu untuk mengunyah lebih banyak daripada yang bisa ditelan. Cenderung ketika berbuka puasa, semuanya terlihat sangat menggoda untuk memakannya, padahal sebenarnya perut akan terlalu kenyang hingga mudah mengantuk kalau makan terlalu banyak. Padahal esensi berpuasa adalah menahan diri, tetapi ketika berbuka puasa justru menjadi ajang balas dendam karena enggak makan seharian.
Kurang lebih begitu, semoga segala amal dan ibadah kita sepanjang Ramadhan diterima. Dan akan kembali bertemu dengan Ramadhan berikutnya, kemudian menjadi lebih baik dari tahun ini. Baru hari pertama, semangaattt ♡
~Tabik