Finairakara.com – Hai, hai, enggak terasa pandemi sudah mulai berangsur membaik, meski saat ini sudah memasuki puasa saat pandemi yang ketiga kali. Namun, alhamdulillah bahwa kita masih punya kenikmatan luar biasa untuk berjumpa dengan bulan suci Ramadhan 1443 H. InsyaAllah dengan upaya meningkatkan keimanan lebih banyak dari tahun sebelumnya. Memang agaknya puasa saat pandemi ini menjadi ‘kebiasaan’ baru.
Alhamdulillah, sebenarnya mulai tahun kemarin musala dekat rumah sudah mulai ramai. Tahun kemarin masih sholat berjarak agak renggang sesuai anjuran pemerintah, dan kebanyakan memilih sholat di masjid karena space-nya tentu lebih besar. Untuk tahun ini, alhamdulillah mulai padat merayap lagi karena seluruh warga juga sudah selesai menerima dosis vaksin 1 dan 2, bahkan ada yang sudah booster juga.
Beberapa aktivitas sosial juga sudah mulai berjalan kembali setelah bisa dibilang vakum selama 2 tahun belakangan. Seperti berbagi takjil di pinggir jalan, buka puasa bersama, sholat tarawih dengan jemaah masjid yang full. Lali ada juga sahur keliling, mudik, dan juga pasar Ramadhan.
Arti Puasa, Memaknai Ramadhan 1443 H
Kalau ngobrolin tentang arti puasa, mari kita tarik sejenak dari kata shoum, shiyam, yang merupakan kata puasa dalam bahasa Arab. Secara etimologi dalam kamus al-’Ayn, kamus karya Khalil bin Ahmad Al-Farahidi (718 – 789M), shaum dan shiyam terbentuk dari akar kata yang berarti imsak yang berarti menahan. Shamt yang artinya diam tidak bicara, rukud yang artinya diam tidak bergerak, dan wuquf yang artinya berhenti.
Namun, mengutip dari al-Furuq fi al-Lughah oleh Alhasan bin Abdillah bin Sahl bin Said, kata shiyam berarti menahan diri dari hal-hal yang membatalkan (makan, minum, dan jima’) dengan niatan. Sedangkan kata shoum berarti meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa. Perbedaan itu bisa ditinjau dari Q.S. Maryam ayat 26 dan tafsirnya.
Penjelasan selengkapnya dapat dibaca melalui tulisan M.I. Sofwan Yahya rahimahullah berikut ini. Sebenarnya dari uraian penjelasan makna dua kata itu, shoum ini bersifat lebih umum jadi apa pun puasanya bisa disebut sebagai shoum tetapi kata shiyam ini bermakna khusus dalam aspek ruh maknawi.
Puasa saat Pandemi di Bulan Ramadhan
Sebenarnya puasa ini tentu saja identik dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan oleh umat Muslim. Tetapi sebenarnya puasa ini enggak hanya syariat, melainkan juga adat atau kebiasaan bagi banyak orang dengan berbagai macam bentuknya. Bahkan tradisi puasa ini sudah ada sejak sebelum Islam hadir. Misalnya puasa yang Nabi Daud alaihissalam lakukan. Kemudian tradisi puasa yang dimiliki bangsa Romawi, Yunani, Mesir, Cina dan sebagainya dengan tujuan dan tata caranya masing-masing.
Puasa juga ada dalam dunia medis, puasa untuk orang yang sedang berdiet atau pasien yang puasa sebelum dokter melakukan tindakan medis. Karena hakikat puasa sendiri adalah pengendalian diri. Puasa Ramadhan ini adalah ibadah wajib dalam Islam, sejak tahun 621 M. Yaitu tahun ke-14 pasca kenabian, waktu turunnya Q.S. al-Baqarah ayat 183.
Memahami Makna Ramadhan, Penamaan Bulan
Ramadhan ini berasal dari kata ramdha yang berarti panasnya batu karena sengatan sinar matahari, hujan yang turun sebelum musim gugur, dan panas yang membakar. Pada penamaan bulan dalam sistem penanggalan bangsa Arab, memang diambil dari realitas sosial. Juga dari cuaca geografis di Arab semasa sebelum Islam.
Seperti penamaan bulan Ramadhan, Kilab bin Murroh yang merupakan leluhur dari Nabi Muhammad sholallahu alaihi wassalam mengusulkan penamaan bulan di penanggalan Arab.
Nama-nama bulan hijriyah lainnya menurut pendapat dari Asmaus Syuhur al-’Arabiyah. Ada yang berlatar belakang sosial-religi (Rajab), religi (Muharaam dan Dzul Hijjah), sosial-ekologis (Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumada Ula, dan Jumada Tsaniyah), sosial (Dzul Qo’dah, Syawwal, Sya’ban, Safar).
Imam al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan bahwa Ramadhan juga disebut sebagai bulan pemanasan dengan mengasah senjata sebagai persiapan untuk perang di bulan Syawal, sebelum masuk tiga bulan suci setelahnya yang disepakati haram berperang.
Mekanisme Penyembuhan, Puasa saat Pandemi
Setelah mengenal tentang Ramadhan dan tradisi puasa secara singkat, ahh… rasanya kepala mulai pening karena menulis serius dari awal tulisan, hahaha. Tetapi sebenanya puasa itu memiliki dimensi penyembuhan, kalau bahasa Qur’an-nya itu sebagai as-syifa.
Karena wallahu ‘alam, pengobatan paling efektif itu yang dilakukan oleh tubuh kita sendiri alias sistem imun kita sendiri. Dan puasa adalah waktu untuk kita memberikan tubuh beristirahat, lalu melakukan perbaikan diri.
Dalam tradisi sufi puasa itu sebagai cara melepaskan kewajiban syariat paling minimal. Sedangkan puasa dengan tingkatan khusus yaitu dengan menjaga indera dari segala hal yang enggak seharusnya kita lakukan.
Indera ini mencakup penglihatan, penciuman, tangan, kaki, dan orang tubuh lainnya. Lalu, tingkatan puasa berikutnya dan yang paling tinggi yaitu puasa dengan orientasi menjaga hati dari segala hal selain kepada Allah azza wa jalla.
Sebanyak itu manfaat puasa, meskipun puasa saat pandemi ini masih terjadi selama 3 kali Ramadhan. Tetapi tahun ini sudah jauh membaik. Maka itu, ayo kita manfaatkan Ramadhan tahun ini sebaik mungkin.
~Tabik